Asscholmedia.net – Cerita Abu Lahab mendapatkan keringanan siksa kubur setiap hari Senin karena turut gembira atas kelahiran Rasulullah ﷺ sudah sangat familiar di telinga kita khususnya dari para dai saat menyampaikan ceramahnya di momen-momen perihatan Maulid Nabi ﷺ seperti di bulan mulia ini namun rasanya menurut hemat penulis masih kurang lengkap kiranya bila kisah heroik di atas kita dibiarkan menjadi komsumsi umum tanpa mau cari tahu sumber aslinya.

Dari beberapa literatur para ulama yang sempat penulis singgahi dan merekamnya seperti Imam Abdurrazzaq al-Shan’ani dalam kitab al-Mushannaf, Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari (Kitab: al-Nikah, Bab: wa Ummahatukum allati Ardha’nakum). Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari, Imam Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa al-Nihâyah terdapat keterangan, bahwa kisah di atas bersumber dari kisah hadits pembebasan sahabat perempuan bernama Tsuwaibah.

Tsuwaibah adalah permempuan yang dicatat sejarah sebagai salah satu orang yang pernah menyusui Rasullullah ﷺ dan bekas hamba sahaya milik Abu Lahab. Ketika Rasulullah ﷺ lahir, maka Tsuwaibah kembali ke rumah tuannya menyampaikan berita kelahiran Nabi ﷺ. Karena senang menyambut kelahiran Nabi ﷺ, maka Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah dari status hamba sahaya.

وذكر السهيلي وغيره: أن الرائي له هو أخوه العباس، وكان ذلك بعد سنة من وفاة أبي لهب بعد وقعة بدر، وفيه: أن أبا لهب قال للعباس: إنه ليخفف عليَّ في مثل يوم الاثنين.

As-Suhailiy dan lainnya mengatakan: Bahwa Al-‘Abbas bin Abdul Muththalib bermimpi bertemu dengan Abu Lahab, ia menanyakan keadaan Abu Lahab. Abu Lahab menjawab, “Saya tidak mendapatkan kebaikan setelah kamu, hanya saja saya diberi minum di sini, karena saya membebaskan Tsuwaibah dan azab saya diringankan setiap hari Senin”.

لانه لما بشرته ثويبة بميلاد ابن أخيه محمد بن عبد الله أعتقها من ساعته فجوزي بذلك لذلك.

“Karena ketika Tsuwaibah menyampaikan berita gembira kelahiran Muhammad ﷺ bin Abdillah putra saudara laki-lakinya, maka Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah (dari hamba sahaya). Maka Abu Lahab diberi balasan atas perbuatannya itu”.

Al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab al-Hâwi li al-Fatâwa mengutib dari pakar Qira’at al-Hafizh Syamsuddin bin al-Jazari mengatakan :

فإذا كان أبو لهب الكافر الذي نزل القرآن بذمه جوزي في النار بعرحه ليلة مولد النبي صلى اله عليه وسلم به فما حال المسلم الموحد من أمة النبي صلى اله عليه وسلم يسر بمولده ويبذل ما تصل إليه قدرته في محبته صلى الله عليه وسلم لعمري إنما يكون جزاؤه من الله الكريم أن يدخله بعضله جنات النعيم

“Jika Abu Lahab kafir yang disebutkan celanya dalam al-Qur’an, ia tetap diberi balasan meskipun ia di dalam neraka, karena rasa senangnya pada malam maulid Nabi ﷺ.

Maka bagaimanakah keadaan seorang muslim yang bertauhid dari umat nabi Muhammad ﷺ yang senang dengan kelahirannya dan mengerahkan segenap kemampuannya dalam mencintai Rasulullah ﷺ.

Sungguh, pastilah balasannya dari Allah ﷻ ia akan dimasukkan ke dalam surga karena karunia-Nya”.

Selain Al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi ada juga Al-Hafizh Abdurrahman bin al-Daiba’ al-Syaibani pengarang Jami’ al-Ushul meriwayatkan kisah ini dalam kitab Sirah karyanya mengatakan:

فتخعيف العذاب عنه إنما هو كرامة للنبي صلى الله عليه وسلم كما خعف عن أبي طالب لا لأجل العتق، لقوله تعالى: (وَحَبِطَ مَا صَنَع وا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ)

“Keringanan azab bagi Abu Lahab hanya karena kemuliaan untuk Rasulullah ﷺ, sebagaimana azab Abu Thalib diringankan, bukan karena Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah. Berdasarkan firman Allah ﷻ: “Dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Hud 11: 16).

Juga tidak keninggalan Syekh Syamsuddin bin Nashiruddin al-Dimasyqi dalam kitabnya Maurid al-Shadi fî Maulid al-Hadi memberi pernyataan:

إذا كان هذا كافرا جاء ذمه * وتبت يداه في الجحيم مخلدا

أتى أنه في يوم الاثنين دائما * يخعف عنه للسرور بأحمدا

.فما الظن بالعبد الذي طول عمره * بأحمد مسرورا ومات موحدا

Jika orang kafir ini (Abu Lahab) yang telah dikecam
Celaka kedua tangannya di dalam neraka kekal abadi

Diriwayatkan bahwa setiap hari Senin selamanya
Azabnya diringankan karena merasa senang dengan Muhammad ﷺ

Maka bagaimana dengan seorang hamba yang sepanjang umurnya
Gembira dengan kelahiran Muhammad ﷺ dan mati dalam keadaan bertauhid.

Penulis: Abdul Adzim

Waallahu ‘Alamu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.