Tak terasa pergantian tahun 2017 ke tahun 2018 akan segera dimulai. Hal ini dipandang oleh sebagian kalangan adalah sesuatu yang menggembirakan. Di pihak yang lain menganggap perayaan tersebut adalah perayaan yang hanya menghabiskan waktu dan uang. Maka perlu bagi kita “Santri” selaku kaum intelektual bersikap kritis dengan apa yang ada di sekitar kita.

Dalam khazanah yang istimewa dan serba-serbi, era yang dapat menunjang potensi insan dengan cepat ini, terdapat unsur negatif yang melekat pada jiwa-jiwa pemeluk Islam. Tiap kali menjelang malam pergantian tahun (Masehi), milyaran orang di penjuru dunia merayakannya. Tiupan terompet, pesta kembang api, hingar bingar pertunjukkan musik, pesta pora di hotel-hotel berbintang atau tempat wisata, hingga ucapan “Selamat Tahun Baru” atau “Happy New Year” berkumandang di mana-mana sebagai simbol bagi mereka yang merayakannya.

Disadari atau tidak, malam itu terompet-terompet ditiup oleh bibir muslimin sebagai tanda kemenangan bagi kaum kuffar. Dalam semalam menjadi penganut tiga agama sekaligus; Nasrani, Yahudi dan Majusi.

Nasrani menggunakan lonceng, Yahudi menggunakan terompet, dan Majusi menggunakan api untuk memanggil jamaahnya ketika beribadah.

Maka benarlah apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah 14 abad yang lalu.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ الصَّنْعَانِيُّ مِنْ الْيَمَنِ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ.

Dari Abi Sa’id al-Khudriy, dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, Beliau bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta, hingga jika mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian akan mengikuti mereka”. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah apakah mereka Yahudi dan Nasrani?” Nabi menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?”.

Kalangan muda, lebih tertarik dengan datangnya tahun baru Masehi yang di dalamnya terdapat banyak kekeruhan-kekeruhan semu. Peletusan kembang api, tiupan-tiupan terompet di segala penjuru, dan kerumunan-kerumunan insan dimana-mana, membuat hari yang indah menjadi gundah.

Cukuplah kiranya bagi kita umat Islam dengan 3 kado spesial dari Allah SWT ini, yang telah Allah SWT jadikan tiga hari raya untuk umat Islam yaitu hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha dan hari raya Jum’at yang berulang setiap pekannya. Betapa melimpah ruahnya keagungan dan keutamaan serta keistimewaan dari tiga hari raya tersebut.

The World Book Encyclopedia, Tahun 1984, Vol: 14, Hal: 237. Menyebutkan “Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah (wajahnya menatap ke depan dan ke belakang sebagai lambang tatapan masa lalu dan tatapan masa depan)”.

Seiring dengan muncul dan berkembangnya agama Kristen (red-Encarta Reference Library Premium 2005), akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai suatu perayaan suci, satu paket dengan hari Natal. Itulah mengapa ucapan Natal dan Tahun Baru dijadikan satu (Merry Christmas and Happy New Year).

Kita semua tahu dan sadar bahwa tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan mereka.

Di Brazil, pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai penghormatan terhadap sang dewa Lemanja (Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil).

Di Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh.

Di Yunani, buah delima yang menurut orang yunani melambangkan kesuburan dan kesuksesan ditebarkan di pintu rumah, kantor dan toko-toko sebagai simbol doa untuk mendapatkan kemakmuran sepanjang tahun.

Di Italia, disalah satu kotanya, tepatnya Naples, pada pukul 00:00 tepat pada malam pergantian tahun, masyarakat disana akan membuang barang-barang yang sudah usang dan tidak terpakai di jalanan.

Di Spanyol, tepat pada malam pergantian tahun (1 Januari) masyarakat spanyol akan memakan anggur sebanyak 12 biji, jumlah yang hanya 12 melambangkan harapan selama 12 bulan kedepan.

Di Amerika Serikat, pada saat malam tahun baru tiba, orang-orang pergi ke pesta atau berkumpul untuk menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang meneriakkan “Happy New Year” dan menyanyikan Auld Lang Syne.

Semoga di Negara Indonesia, Negara kita tercinta, Negara yang mayoritas penduduk muslim tidak seperti di negara-negara tetangga dalam perayaan tahun baru masehi.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (al-Iara’: 36)

Redaktur: Rofi el-ponty

One Reply to “Kado Tahun Baru Untuk 3 Agama”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.