Asscholmedia.net – Hari raya adalah hari bahagia dan cinta kasih serta momentum untuk saling bermaaf-maafan. Kita umat Islam Indonesia ketika hari raya Idul Fitri tiba biasanya saling berbagi ucapan: “Minal ‘Aaidiin, wal Faaiziin, Mohon Maaf, Lahir dan Batin.”
Lalu secara hukum Islam adakah anjuran mengucapkan kalimat tersebut?
Berikut jawaban ulama kalangan malikiyah mengenai hukum berbagi ucapan ketika hari raya:
Ada sebuah keterangan dalam kitab al-Fawakih ad-Diwaniy ala Risalati Ibni Abi Zaid al-Quraiwaniy karya Ahmad bin Ghanim bin Salim bin Mihna an-Nafrawiy al-Malikiy (w. 1125 h) mengatakan:
ما سُئل عنه الإمامُ مالك رضي الله تعالى عنه من قول الرَّجُل لأخيه يومَ العيد: تَقبَّل الله منَّا ومنك، يُريد الصومَ وفِعلَ الخير الصادر في رمضان، غفَر الله لنا ولك؟ فقال: ما أعرِفه ولا أُنكره. قال ابن حبيب: معناه لا يعرفه سُنَّة ولا يُنكره على من يقوله؛ لأنَّه قولٌ حسن؛ لأنَّه دعاء، حتى قال الشيخ الشبيبي: يجب الإتيانُ به؛ لِمَا يترتَّب على تركه من الفتن والمقاطعة، ويدلُّ لذلك ما قالوه في القيام لمن يَقدَم عليه، ومثله قول الناس لبعضهم في اليوم المذكور: عيد مبارك، وأحياكم اللهُ لأمثاله، ولا شكَّ في جواز كلِّ ذلك، ولو قيل بوجوبه لَمَا بَعُد؛ لأنَّ الناس مأمورون بإظهار المودَّة والمحبَّة لبعضهم
“Imam Malik ra pernah ditanya seseorang tentang ucapan:
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ وَغَفَرَ اللَّهُ لَنَا وَلَكَ
Arti: “Mudah-mudahan Allah menerima (amal ibadah) kita dan kamu dan semoga mengampuni (dosa-dosa) kita dan kamu”.
Dari orang yang berpuasa dan melakukan perbuatan baik di bulan Ramadhan kepada saudaranya.
Beliau menjawab: Aku tidak tahu dan aku tidak mengingkarinya.
Ibnu Habib mengatakan: “Maksud dari ucapan Imam Malik ra: ‘Aku tidak tahu dan aku tidak mengingkarinya’ adalah tidak ditemukan dasar haditsnya dan tidak melarang orang mengucapkannya karena ucapan tersebut merupakan ucapan yang baik yang mengandung doa. Sampai-sampai Syaikh asy-Syabibiy berpendapat, wajib hukumnya mengucapkan ucapan tersebut karena jika tidak, akan menimbulkan fitnah di masyarakat dan bahkan dapat menyebabkan renggangnya hubungan antar mereka. Hal ini berdasarkan ucapan yang menjadi tradisi dilakukan ulama saat mereka berdiri menyambut kedatangan seseorang.
Sama dengan ucapan di atas adalah semisal ucapan sebagain masyarakat:
عِيْدٌ مُبَارَكٌ وَأَحَيَاكُمُ اللّٰهُ لِأَمْثَالِهِ
Artinya: “Hari raya yang penuh berkah, semoga Allah menghidupkan kalian sama seperti hari ini.”
saat hari raya yang tidak perlu diragukan lagi hukum kebolehan mengucapkannya dan tidak benar, jika ucapan tersebut dikatakan wajib karena di hari raya masyarakat memang diperintahkan menampakan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama.” Wallahu A’llam
Dan saya sekeluarga mengucapkan:
تَقَبَّلْ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ وَأَحَيَاكُمُ اللّٰهُ لِأَمْثَالِهِ كُلُّ عاَمٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ وَجَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ.
“Semoga Allah menerima ibadah kita dan kalian. Semoga Allah menghidupkan kalian sama seperti hari ini setiap tahun semoga kalian dalam keadaan baik. Semoga Allah menjadikan kita menjadi bagian dari orang-orang yang kembali dan orang-orang yang mendapatkan kemenangan/keberuntungan. Amin..
Penulis: Abdul Adzim
Referensi:
✍️ Ahmad bin Ghanim bin Salim bin Mihna an-Nafrawiy al-Malikiy| Al-Fawakih ad-Diwaniy ala Risalati Ibni Abi Zaid al-Quraiwaniy| Mathbu’ah as-Sa’dah bi Jawari Mishra hal 327.