Asscholmedia.net – Ujian dalam berumah tangga itu datangnya ujuk-ujuk alias tidak menentu, tidak menunggu semesteran, bulanan apalagi tahunan. Dan anehnya lagi tidak ada nilai atau raport kelulusan.

Kalau ada orang bilang telah lulus dari ujian berumah tangga, itu salah besar, yang ada hanyalah pindah kepada ujian yang lain yang sudah dianggapnya lebih ringan. Kenapa lebih ringan? Sebab ia sudah lebih kuat dan sudah lama teruji.

Bagi yang diuji dengan urusan ekonomi dan finansial akan mengatakan, pada akhirnya ujian terbesar yang paling pokok dalam rumah tangga adalah urusan kesejahteraan.

Tapi bagi yang tidak punya masalah dengan keroposnya penghidupan, ia akan berkata lain, semisal, suami istri tidak hanya butuh materi, tapi yang paling inti adalah sentuhan kasih sayang, rasa cinta dan kesetiaan.

Ekonominya membaik, pasangannya setia dan selalu ada setiap dibutuhkan. Tiba-tiba orang ketiga datang mengusik, baik itu berupa mertua yang kurang bijak dan tidak adil, atau ipar yang semena-mena.

Kehadiran mereka atau kita yang hadir di tengah-tengah mereka yang kurang baik perangainya itu juga merupakan bentuk ujian yang diberikan kepada keluarga yang tidak punya masalah dengan finansial dan kesetiaan.

Yang lebih parah dari beberapa contoh di atas, ketika ada rumah tangga diuji dari setiap penjuru, yakni ekonominya memprihatinkan, pasangannya tidak setia dan tidak penuh pengertian, disambut orang ketiga yang mengusik, memperlengkap adanya masalah di tengah-tengah bangunan keluarga yang sedang mau bertumbuh itu.

Pendek katanya, mau seperti apapun keadaannya rumah tangga tidak akan lepas dari yang namanya ujian dan masalah.

Terpenting dari hadirnya sebuah ujian yang mewarnai kehidupan berumah tangga, adalah melepasnya sebisa mungkin jika tidak mampu bertahan dan menyabari ujian tersebut. Karena diakui atau tidak, macam-macam ujian itu dapat menghambat pertumbuhan bangunan rumah tangga bagi pasangan yang masih belum tahan uji.

Perlu dipertegas lagi, bahwa yang dimaksud bangunan rumah tangga adalah suami, istri dan anak. Bukan mertua, bukan ipar dan bukan siapa pun selain orang bertiga tersebut tadi.

Adanya ujian dalam rumah tangga memang tidak bisa dihindari, sebab itu sengaja didatangkan oleh Allah ﷻ untuk memperkuat pondasi bangunan itu, agar memberi kedewasaan berpikir bagi pasangan suami dan istri, dan tujuan-tujuan yang lain yang hanya Allah ﷻ yang mengetahui hakikat sebenarnya.

Maka berfokuslah untuk urusan rumah tanggamu, bukan mengurusi masalah orang lain sementara keluarga sendiri masih amburadul.

Fokus kepada kewajiban masing-masing yang harus diselesaikan. Tidak perlu menuntut pasangan melakukan kewajibannya, sebab jika dia orang yang tepat dia akan tekun melaksanakan kewajibannya dan mendahulukan pasangannya daripada orang lain.

Terakhir fokuslah pada solusi pemecahan masalah, berdoa, bersabar dan tawakkal. Yakin bahwa Allah ﷻ tidak dzalim kepada hambaNya, dan dari ujian tersebut akan dijanjikan pahala dan hadiah surga.

Semoga kita semua dapat melewati berbagai bentuk ujian dengan sangat baik, yang mendatangkan Ridla Allah ﷻ. Amin.

Oleh: Shofiyullah el-Adnany

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.