Asscholmedia.net – Dalam satu versi tentang sejarah awal mulanya anugerah malam Lailatul Qadar kepada umat Nabi Muhammad ﷺ bermula dari keinginan Nabi ﷺ agar umatnya bisa memiliki amal ibadah yang pernah dilakukan seorang laki dari Bani Israil yang telah berjihad di jalan Allah ﷻ selama 1000 bulan. Hal itu terangkum dalam munajat Beliau:

«يا ربّ جعلت أُمتي أقصر الأمم أعماراً، وأقلّ أعمالاً»

“Ya rabb! Engkau menjadikan umatku umat yang paling pendek umurnya dan yang paling sedikit amalnya.” Sebagaimana yang dicerita Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Khalwati yang dikenal dengan sebutan as-Shawi al-Maliki (1214 H) dalam karyanya Hasyiyah as-Shawi ala Tafsir al-Jalain.

Terlintas dalam benak penulis siapa sebenarnya tokoh laki-laki dari Bani Israil yang disebut dalam cerita hadist di atas?

Alhamdulillah, Allah ﷻ memberikan jawaban pertanyaan di atas secara detail termaktub dalam dua kitab Mukasyatu al-Qulub karya Hujjatu al-Islam Abu Hamid Muhammad ibn Muḥammad al-Ghazali (1055 M) dan Dzurrah an-Nashihin karya Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir al-Khubuwi (1824 M) dua ulama besar yang karyanya melebihi usia mereka.

Baca juga:

Dua kitab itu menysebutkan dengan alur kisah yang panjang bahwa laki-laki Bani Israil itu adalah seorang Nabiyullah yang bernama Nabi Syam’un al-Ghazi as. Beliau adalah hakim ketiga terakhir pada zaman Israel kuno.

Nabi Syam’un al-Ghazi, memiliki beberapa nama; dalam bahasa Arab, beliau disebut dengan Syamsyawn atau Syam’un, dalam bahasa Ibrani, disebut Simson, dalam bahasa Tiberias, disebut Shimahon, dalam Alkitab Nasrani, disebut Samson. Nama Syam’un sendiri artinya “yang berasal dari matahari”, sedangkan al-Ghozi, artinya “yang berasal dari Ghazi” (Ghaza,Palestina sekarang). Beliau adalah salah satu dari 12 putra-putri Nabi Ya’kub as.

Masih dalam penututuran dua kitab tadi, suatu ketika Nabi Muhammad ﷺ, Berkumpul bersama para sahabat di bulan Suci Ramadhan. Nabi Muhammad ﷺ, terlihat tersenyum sendiri, lalu ditanya oleh para sahabatnya “Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?”

Beliau ﷺ menjawab, “Diperlihatkan kepadaku dihari kiamat, ketika seluruh manusia dikumpulkan dipadang mahsyar, ada seorang Nabi yang membawa pedang dan tidak mempunyai pengikut satupun, masuk ke dalam surga, dia adalah Syam’un”.

Kemudian Rasulullah ﷺ bercerita tentang Nabi Syam’un pada sahabatnya: “Dia adalah Nabi yang berasal dari Bani Israil yang diutus di tanah Romawi. Syam’un berperang melawan bangsa yang menentang ketuhanan Allah ﷻ. Dia adalah seorang pahlawan berambut panjang yang memiliki kemukjizatan dapat melunakkan besi, dan dapat merobohkan istana.

Nabi Syam’un memiliki senjata semacam pedang yang terbuat dari tulang rahang unta bernama “Liha Jamal”, dengan pedang itu dia dapat membunuh ribuan orang kafir. Siapapun musuh yang berhadapan dengannya, pasti akan hancur tertebas pedang ajaibnya. Tidak hanya itu, bahkan ketika dia merasa haus dan lapar, dengan perantara pedangnya pula Allah ﷻ memberikan makanan dan minuman.

Nabi Syam’un seorang muslim dan seorang yang ahli ibadah yang sangat disegani oleh kaum kafir. Sudah tak terhitung lagi orang kafir yang mati di tangannya. Dalam urusan ibadah dia tercatat sanggup beribadah selama 1000 bulan dengan shalat malam dan siangnya berpuasa, dimana selama 1000 bulan atau 83 tahun lebih 4 bulan tak pernah lepas dari shalat malam dan siangnya selalu berpuasa.

Kesaktian Nabi Syam’un, membuat para kafirun kewalahan. Berbagai cara dilakukan oleh mereka untuk menundukkan dan membunuh Nabi Syam’un. Sehingga sang raja kafir membuat sanyembara : “Barang siapa yang dapat menangkap Nabi Syam’un hidup atau mati, akan mendapat hadiah emas dan permata yang berlimpah”. Ide licik-pun ditemukan. Mereka mencoba menawarkan hadiah berupa uang dan perhiasan yang berlimpah kepada istri Nabi Syam’un, dengan syarat ia bersedia melumpuhkan suaminya.

PENGKHIANATAN ISTRI SYAM’UN

Istri Nabi Syam’un yang ternyata seorang kafir, sangat tergiur oleh hadiah itu. Mereka kemudian memanfaatkan Istri Nabi Syam’un,
untuk ikut membantu membunuhnya.

Setelah dirayu dengan imbalan yang menggiurkan, istri Nabi Syam’un tidak bisa menolak ajakan kaum kafir. Orang kafir memberikan ide agar dia mengikat tangan dan kaki Nabi Syam’un sewaktu tidur, untuk kemudian akan dibunuh dengan beramai-ramai. Para pembesar-pembesar kafir berkata: “Kami akan memberimu seutas tali kuat, ikatlah tangan dan kakinya ketika dia tidur, nanti setelah itu kamilah yang bertindak untuk membunuhnya.”

Baca juga : https://asscholmedia.net/2021/05/02/majusi-masuk-surga-sebab-memuliakan-bulan-ramadhan/

Pada hari pertama, Istri Nabi Syam’un gagal karena ketiduran disebabkan karena sang suami terlalu lama mengerjakan shalat malam.Nabi Syam’un dikenal jarang tidur ketika malam hari. Malam-malamnya hanya dipergunakan untuk beribadah kepada Allah SWT.

Pada hari kedua, Istri Nabi Syam’un berhasil mengikatnya ketika tidur dengan seutas tali yang kuat. Tak kala Nabi Syam’un bangun dan ingin beribadah kepada Allah ﷻ, ia terkejut karena kedua kakinya terikat. “Wahai istriku, siapakah yang mengikatku dengan tali ini?” tanya Syam’un kepada istrinya. “Aku yang mengikatnya, hanya sekedar mengujimu sampai sejauh mana kekuatanmu,” ujar istrinya. Nabi Syam’un dengan mudah dapat melepaskan tali pengikatnya dengan satu ucapan doa. Kemudian Syam’un bergegas menuju tempat peribadatannya. Maka gagallah rencana pembunuhan pada hari kedua itu. Namun, setelah itu, musuh-musuh kafir datang lagi dengan membawakan rantai besi yang di serahkan pada istri Syam’un.

Pada hari ketiga, Istri Syam’un berhasil mengikatnya dengan rantai yang disiapkan. “Wahai istriku, siapakah yang mengikatku kali ini?” tanya Syam’un dengan nada agak marah ketika bangun dari tidur. “Aku yang mengikatnya, sekedar untuk mengujimu,” jawab istrinya. Namun, dengan sekali hentakan Syam’un dapat menghancurkan rantai tersebut.

RAHASIA KEKUATAN SYAM’UN

Karena merasa usaha yang dilakukan istri Nabi Syam’un tidak kunjung berhasil, akhirnya istri Nabi Syam’un membujuk suaminya agar mau menceritakan rahasia kekuatan tubuh yang dimilikinya. Dengan tanpa rasa curiga Nabi Syam’un menceritakan semua rahasia kekuatan dirinya: “Aku adalah seorang wali dari sekian banyak waliyullah yang hidup di dunia ini. Rahasia kekuatanku sebenarnya terletak di rambutk ini. Tidak ada seorang pun yang mampu mengalahkanku dalam perkara dunia kecuali dia bisa memotong rambutku”.
Nabi Syam’un memang dikenal memiliki rambut yang panjang dan panjangnya digambarkan, ujung rambutnya akan menyentuh tanah saat Nabi Syam’un berdiri.

Setelah mengetahui kelemahan suaminya, sang istri langsung mengikat tangan Syam’un dengan 4 helai rambut Nabi Syam’un dan mengikat pula kakinya dengan 4 helai rambut lainnya saat dia terlelap tidur.

Setelah terbangun, Nabi Syam’un bertanya:
“Wahai istriku, siapakah yang mengikatku ini?” “Aku, untuk mengujimu,” jawab istrinya. Setelah itu Nabi Syam’un berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan ikatan itu, namun dia sudah tidak berdaya untuk melepaskanya. Melihat hal itu, Istri Nabi Syam’un bergegas melaporkan semua kejadian itu kepada kaum kafir koleganya.

Lalu Nabi Syam’un dibawa ke istana kehadapan raja para kaum kafir. Dia diikat pada tiang utama istana dan dipertontonkan kepada khalayak ramai. Mulailah mereka memotong kedua telinga, bibir, kedua tangan dan kakinya. Tidak hanya itu, kedua mata Nabi Syam’un juga dibutakan, Mereka ingin Nabi Syam’un mati secara perlahan-lahan dan mengenaskan. Sematara Istrinya yang pengkhianat juga ikut pula menyaksikan tanpa sedikit pun ada rasa menyesalan dan belas kasihan di wajahnya.

PERTOLONGAN ALLAH

Melihat Kekasih-Nya disiksa dan dianiaya, Allah ﷻ tidak terima dan menanyakan kepada Nabi Syam’un: “Wahai Syam’un! Apa yang engkau inginkan, Aku akan membalas mereka.”
Nabi Syam’un menjawab, “Ya Allah, berikanlah kekuatan kepadaku hingga aku mampu menggerakkan dan merobohaan tiang istana ini biar menimpa mereka semua”.

Dengan seizin Allahۢﷻ, tiang-tiang istana itu runtuh sekitaka menipa mereka semua termasuk istri Nabi Syam’un yang durhaka ikut terkubur didalamnya.

Dalam peristiwan itu hanya tersisa Nabi Syam’un yang selamat dan Allah ﷻ mengembalikan seluruh anggota badan yang telah terpotong dan menyembuhkan segala sakitnya.

Kemudian setelah tragedi itu Nabi Syam’un menyibukkan diri dalam beribadah kepada Allah selama 1000 bualn. Malam hari digunakan qiyamul lail dan siangnya berpuasa sembari berjuang menumpas semua kebatilan hingga akhirnya beliau menutup mata dengan syahid fi sabillah”.

Setelah mendengar kisah Nabi Syam’un, para sahabat Nabi ﷺ menangis haru bercucuran air mata dan bertanya:

“Ya Rasullulah, tahukah Baginda akan pahalanya?”

Rasulullah menjawab: “Aku tidak mengetahuinya.” Namun setelah Rasulullah ﷺ selesai berkisah, Allah ﷻ menyuruh Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad ﷺ dan menurunkan Surat Al-Qadar ayat 1-5.

“Wahai Muhammad, Allah ﷻ memberimu dan umatmu Lailatul Qadar. Ibadah pada malam itu lebih utama daripada ibadah 70.000 bulan.” kata Malaikat Jibril.

Di sebagian riwayat, Allah ﷻ berfirman: “Wahai Muhammad ﷺ,🎉 dua rakaat di Lailatul Qadar lebih baik dari ibadah 1000 bulan”.

Mendengar berita itu, Rasulullah ﷺ menyuruh sahabat-sahabatnya untuk berburu malam Lailatul Qadar agar mendapatkan pahala seperti yang Allah ﷻ berikan kepada kekasih Allah ﷻ Nabi Syam’un Al-Ghazi.

Al-Imam ar-Razi berkata: “Apabila fajar telah terbit di malam Lailatul Qadar, maka malaikat Jibril berkata: Wahai para malaikat, berkumpullah kemari…”.

Para malaikat bertanya : Ya Jibril! Apa yang Allah ﷻ perbuat untuk umat Nabi Muhammad ﷺ di malam ini?

Malaikat Jibril menjawab: Sesungguhnya Allah ﷻ memandang kepada mereka (umat Muhammad ﷺ) dengan penuh kasih sayang, Allah ﷻ memaafkan serta mengampuni dosa-dosa mereka, kecuali empat kelompok.

Siapa empat kelompok itu? Kata malaikat lain.

Pertama, orang yang membiasakan diri minum arak (pemabuk), Kedua, Orang yang durhaka kepada orang tua. Ketiga, orang yang memutus silaturrahmi, Keempat, orang yang tidak mau bicara dengan saudaranya sesama muslim dalam jangka waktu tiga hari.

Waallahu A’lamu

Penulis: Abdul Adzim

Referensi:

📖 Hasyiyah as-Shawi ala Tafsir al-Jalain| juz 4 Halaman 40-401 Daru al-Kutub.

📖 Mukasyatu al-Qulub| Halaman 306-307 Daru al-Kutub.

📖 Durratu an-Nasihin| Halaman 248 Daru al-Kutub.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.