AMALAN NABIYULLAH KHADHIR AS DARI BAGINDA NABI MUHAMMAD ﷺ

أن تقول قبل طلوع الشمس ، قبل انبساطها على الأرض وقبل الغروب : الـفـاتحـة (سبعاً)، وآية الكـرسي (سبعاً)، والكـافـرون (سبعاً)، والإخــلاص (سبعاً)، والفلــق (سبعاً)، والـنـــاس (سبعاً)، وسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ (سبعاً)، وتصلي على النبي ﷺ (سبعاً)، رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ (سبعاً)، اللَّهُمَّ افْعَلْ بِي وَبِهِمْ عَاجِلَاً وَآجِلاً فِي الدِّينِ وَالدُّنْيا وَالْآخِرَةِ مَا أَنْتَ لَهُ أَهْلٌ وَلَا تَفْعَلْ بِنَا يَا مَوْلَانَا مَا نَحْنُ لَهُ أَهْلٌ إِنَّكَ غَفُورٌ حَلِيمٌ جَوَادُ كَرِيمٌ رَؤُفٌ رَحِيمٌ (سبعاً).

Artinya: Hendaknya Anda membaca sebelum terbitnya matahari (sebelum cahayanya menyinari bumi) dan sebelum terbenamnya matahari membaca: Surat al-Fatihah 7 kali, Ayat al-Kursi 7 kali, Surat al-Kafirun 7 kali, Surat A-Ikhlas 7 kali, Surat al-falaq 7 kali, Surat an-Nas 7 kali, “Subhanallah walhamdulillah walailahaillallah wallahu akbar walaa haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim” 7 kali, “Rabbighfirli waliwalidayya walil mu’minina walmuknati walillmuslimina wallmulimatil ahya minhum wal amwati” 7 kali dan “Allahummafal bii wabihim ‘ajilan dan ajilan fi dunya alakhirati maa anta lahu ahlun walaa taf’al binaa yaa Mawlanaa maa nahnu lahu ahlun innaka ghafurun haliim jawwadun karimun rau’fun rahimun” 7 kali.

Wirid di atas disebut al-Musab’atu al-‘Asyra (tujuh kali dalam sepuluh bacaan). Sebuah wirid yang diamalkan Nabiyullah Khidhir as pemberian Rusulullah ﷺ yang dikutib Hujjatu al-Islam al-Imam al-Ghazali dari Karaz bin Wabrah ra [¹] seorang wali Abdal dalam kitab Ihya’ Ulumuddin.

Wirid tersebut bermula dari kisah Karaz bin Wabrah ra saat kedatangan teman karibnya yang berasal dari Negara Syam dan memberikan hadiyah sebuah wirid:

“Wahai Karaz! Terimalah hadiyah ini dariku, ini adalah paling istimiwanya hadiyah yang aku berikan padamu”. Ujar Sang Teman.

Karaz bin Wabrah ra bertanya: “Wahai Saudaraku! Dari siapa kau mendapat hadiyah ini?

“Aku diberi Ibrahim at-Taimiy [²]”. Jawab Sang Teman.

Karaz bin Wabrah ra bertanya lagi: “Apakah kau tidak bertanya dari mana Ibrahim at-Taimiy memperoleh wirid ini?”.

“Ibrahim at-Taimiy ra berkata: “Pada suatu hari aku duduk halaman Ka’bah sedang membaca Tahlil, Tasbih, Tahmid dan Tamjid (kalimat pengagungan pada Allah ﷻ) lalu datanglah seorang laki-laki menghampiriku, mengucapkan salam dan duduk sampang kananku. Laki-laki itu sungguh menakjubkan dan mempesona yang tidak dipernah aku jumpai ketampan wajahnya, keindahan pakiannya, putih kulitnya dan keharuman aroma tubuhnya di zamanku. Kemudian aku bertanya: “Wahai Hamba Allah! Siapah Tuan dan dari mana Tuan berasal?”. “Aku adalah Al-Khadhir”. Jawabnya singkat. Lalu aku bertanya lagi: “Apa tujuan Kisanak mendatangiku?”. “Aku datang menemuimu untuk mengucapkan salam, mencintaimu karena Allah ﷻ dan aku mempunyai hadiyah yang akan aku berikan kepadamu”. Aku bertanya kepadanya: “Hadiyah apa itu?”. “Bacalah! Surat al-Fatihah 7 kali, Ayat al-Kursi 7 kali, Surat al-Kafirun 7 kali, Surat A-Ikhlas 7 kali, Surat al-falaq 7 kali, Surat an-Nas 7 kali dst (Lihat: wirid selengkapnya) sebelum terbitnya matahari (sebelum cahayanya menyinari bumi) dan sebelum terbenamnya matahari. Perhatikanlah! Jangan Anda membacanya di waktu telah pagi dan sore”. Tutur al-Khadhir as.

Kemudian aku bertanya: “Alangkah senang saya bila Tuan sudi memberi tahukan siapa yang telah memberikan hadiyah istimiwa ini pada pada Tuan?”. “Aku beri Muhammad ﷺ”. Jawab al-Khadhir as.

“Pahala apa yang akan didapat bagi orang yang mau mengamalkan wirid ini?” Tanyaku sekali lagi. Al-Khadhir menjawab: “Bila Anda kelak bertemu Muhammad ﷺ, tanyakan sendiri pada-Nya. Apa pahala yang terkandung dalam membaca wirid itu? Dia tentu akan berkenan menjelaskan pahala dari wirid itu”.

*****

Setelah itu Ibrahim at-Taimiy melanjukan kisahnya: “Pada suatu hari aku bermimpi, seolah-olah ada para malaikat membawanya terbang hingga ke surga. Sesampai di surga aku melihat semua isi surga yang indah dan menakjubkan yang tidak pernah aku saksikan sebelumnya di belahan dunia manapun. Lalu aku memakan buah-buahan di surga dan para malaikat menyuguhkan minuman padaku kenudian aku bertanya pada malaikat di sana: “Untuk siapakah ini?” Malaikat itu menjawab: “Untuk orang yang mengamalkan wirid, seperti wirid yang kau amalkan!”.

Tidak lama kemudian Nabi Muhammad ﷺ mendatangiku bersama rombongan 70 para Nabi dan 70 barisan para malaikat, setiap satu barisnya sepanjang jarak tempuh arah timur dan barat. Lalu Nabi ﷺ mengucapkan salam dan mengambil tanganku, aku pun menjawab salam dan mengatakan pada-Nya: “Wahai Rasulullah! Al-Khadhir as pernah mengatakan padaku bahwa dia memperoleh hadist ini dari-Mu”.

Rasulullah ﷺ menjawab: “Khidhir benar!, Khidhir benar! Dan setiap apa yang diceriterakannya pasti benar. Dia adalah orang yang paling berilmu di penduduk bumi, pimpinanya Wali al-Abdal dan dia di antara tentera-tentara Allah ﷻ dibumi”.

Lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah ﷺ! Barangsiapa mengerjakan wirid ini atau mengamalkannya dan dia tidak bermimpi seperti mimpiku bersama-Mu saat ini, adakah dia juga diberikan sesuatu yang sama seperti yang diberikan kepadaku?”

Rasulullah ﷺ menjawab: “Demi Dzat yang mengutusku sebagai Nabi dengan hak! Sesungguhnya orang yang mengamalkan wirid ini akan diberikan semua itu, walaupun dia tidak pernah bermimpi, berjumpa denganku dan melihat surga. Sesungguh Allah ﷻ akan mengampuni segala dosa besar yang pernah diperbuatnya, menghilangkan kemarahan dan kutukan Allah ﷻ padanya, memerintahkan pada Shahibu asy-Syimal (malaikat bertugas menjaga sebelah kiri) agar tidak menulis satu pun kesalahannya dari perbuatan-perbuatan jeleknya sampai setahun lamanya. Demi Dzat yang mengutusku sebagai Nabi dengan hak! Tidaklah seseorang mengamalkan wirid ini, kecuali Allah ﷻ akan menjadinya orang yang beruntung dan tidaklah seseorang meninggalkan amalan ini kecuali Allah ﷻ akan menjadinya orang yang celaka!”.

Al-Imam al-Ghazali menambahkan: Seteleh kejadian mimpi itu Ibrahim at-Taimiy tidak pernah lagi makan dan minum selama empat bulan.

Waallahu A’lamu

Penulis: Abdul Adzim

Pangolangan, Burneh, Sabtu 11 Januari 2020 M/15 Jumadil Ula 1441 H
__________________________

[¹] Abu Abdillah Karaz bin Wabrah al-Haritsiy al-Kufiy al-Jurjaniy (w 110 H)

[²] Abu Ishak Ibrahim bin Ziad bin Syarik at-Taimiy al-Kufiy (w 93 H) az-Zabidi mengatakan, Beliau pernah berdiam diri selama 30 hari tidak makan, menurut al-A’masy dan lainnya Beliau telah meninggal dunia sebelum menyapai hitungan 40 hari.

Referensi:

📑 Al-Imam Muhammad bin Muhmmad al-Ghazali| Ihya Ulumiddin| Toha Putra Semarang, juz 1, halaman 340-341, Daru al-Kutub al-Ilmiyah, juz 1, halaman 439-440

📑 al-Allamah as-Sayyid Muhammad bin Muhammad al-Husaini az-Zabidiy asy-Syahir bi Murtdha| Ithafu as-Sadah al-Muttaqin bi Syarhi Ihya Ulumiddin| Daru al-Kutub al-Ilmiyah, juz 5, halaman 424-428

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.