Asscholmedia.net – Setelah Ibnu Hazm memaparkan definisi cinta, diskripsi, primis, konklusi lengkap dengan argumentasinya, Ibnu Hazm kemudian menyuguhkan klafikasi dan tanda-tanda cinta yang beraneka ragam menurut riset dan pengalamannya.

“Cinta itu begitu beragam. Yang paling mulia adalah cinta orang-orang yang saling mengasihi di jalan Allah ﷻ. Adakalanya kerena ada kesungguhan dalam beramal, ada kesamaan dalam pandangan dan madzhab atau ada keutaamaan ilmu yang didermakan pada semua orang. Kemudian cinta kepada keluarga, cinta untuk menyusun dan bersatu dalam tanggung jawab, cinta kepada pertemanan dan pengetahuan, cinta akan kebaikan yang diberikan seseorang kepada saudaranya. Cinta dua orang yang mencintai karena ada rahasia yang ditutupi di antara mereka. Cinta yang disebabkan sampainya nikmat dan terlaksananya keinginan. Cinta orang yang rindu tanpa sebab yang lahir dari keserasian jiwa.

Ada pula cinta untuk mencari kepuasan biologis dan sebatas menyalurkan nafsu seks, serta cinta dengan kerinduan yang tidak dapat diobati kecuali bertemu dengan jiwa-jiwa yang terpisah.

Kesemua cinta ini dapat berubah sesuai perubahan sebab-sebabnya, kecuali cinta yang disertai kerinduan yang benar dan tidak ada obatnya, itulah cinta yang abadi kecuali dipisahkan oleh kematian.

Dalam kondisi cinta seperti itu, pikiran menjadi sangat serius, membuat gila, beragam bisikan, tubuh menjadi kurus kering, dan seluruh tanda-tanda kesedihan hadir. Semua keadaan ini tidak ditemukan dalam jenis-jenis cinta yang lain.

Kemudian menurut Ibn Hazm, cinta memiliki indikasi-indikasi (tanda-tanda). Ini dapat diketahui melalui beberapa tanda yang muncul dalam diri seseorang.

Yang pertama: “Idmanu al-nadzar”: Pandangan mata yang tidak teralihkan memandang pujaan hati. Mata adalah pintu gerbang jiwa manusia, dari mata rahasia jiwa dapat diungkap dan pesan jiwa beserta kedalaman isinya dapat disingkap. Seringkali dapat dilihat orang yang tengah jatuh cinta, pandangan matanya selalu tertuju kepada orang yang dicintainya, ia tidak mau berpaling walau hanya sekejap. Ibn Hazm kemudian menyenandungkan sebuah syair terkait hal ini:

فليس لعيني عند غيرك موقف كأنك ما يحكون من حجر البهت

Tiada persinggahan bagi mata yang menatapmu tiada henti

Kau laksana berbagai pengakuan, tentang indahnya intan permata

أصرفها حيث انصرفت وكيفما تقلبت كالمنعوت في النحو والنعت

Kupendarkan tatapan mataku, mengikuti tatapan matamu kemanapun kau pergi

Laksana Man’ut dan Na’at dalam ilmu Nahwu

Kedua: “al-Iqbalu bil-Hadist” : Selalu mendengarkan dan menuruti orang yang dicintai. Orang yang jatuh cinta selalu melayani perbincangan orang yang dicintainya. Ia nyaris tidak melayani orang lain selain yang dicintainya. Ia mengiyakan seluruh pembicaraan yang terkasih bahkan ketika itu sesuatu hal yang mustahil dan di luar nalar manusia.

Ketiga: “al-isra’ bi al-sair nahwa al-Makan alladzi yakunu fihi”: Selalu ingin dekat dengan orang yang dicintainya. Ia selalu antusias untuk dekat dengan orang yang terkasih, di manapun dia berada. Ia lebih tertarik untuk meninggalkan kegiatan yang menjauhkannya dengan kekasihnya. Ia tidak lagi percaya dengan ucapan yang lainnya yang menjauhkannya dengan pujaan hati. Segala sesuatu akan terasa melambat saat jauh darinya. Ibn Hazm kemudian menyenandungkan sebuah syair terkait hal ini:

وإذا قمت عنك لم أمش إلا مشي عان يقاد في نحو الفناء

Bila aku jauh darimu, aku tidak mampu melangkah lagi lemah bak orang yang akan menemui ajalnya

في مجيئي إليك أحتثّ كالبد ر إذا كان قاطعاً للسماء

Sedangkan bila aku hendak mengunjungimu, semangatku merona bak bulan purnama yang terlepas dari genggaman langit

وقيامي إن قمت كالأنجم العا لية الثابتات في الإبطاء

Dan semangatku tidak beranjak bila kau jauh dariku laksana bintang gemintang di langit yang malas beranjak dari tempatnya.

Keempat: al-rau’atu tabdu ‘ala al-muhibb ‘inda ru’yah man yuhibb faja’ah wa Thulu’ihi Baghtati:
Ada perasaan gugup atau kebahagiaan yang terpendar ketika tiba-tiba bertemu dengan kekasihnya.

Seringkali orang yang tengah jatuh cinta merasa gugup ketika berpapasan dengan orang yang dicintainya, atau bahkan hanya mendengar namanya saja seseorang akan merasakan getaran hebat di sekujur tubuhnya.

Kelima: Idhitirabu Yabdu ‘ala al-Muhibbi ‘Inda Ru’yati Man Yisyabbihu Mahbubihi au ‘Inda Sima’i Ismihi Fuja’ati: Ada perasaan gemetar dan gelisah tiba-tiba saat berjumpa dengan orang yang mirip dengan kekasihnya atau sekedar mendengar namanya disebut. Ibnu Hazm kemudian menembangkan syair yang berkaitan dengan hal ini:

إذا ما رأت عيناي لابس حمرة تقطع قلبي حسرة وتفطرا
غدا لدماء الناس باللحظ سافكاً وضرج منها ثوبه فتعصفرا

Bila aku melihat seorang (wanita) berbaju merah, hatiku seketika teriris, merana dan terbelah
Sepintas seperti baju pagi yang ditumpahi darah manusia yang kemudian berubah menjadi warna kuning

Keenam: An Yujawwida al-Mar’u bibadzi Kullu Maa Kana Yaqdiru ‘Alaihi Mimmaa Kana Mumtani’an bihi Qabla dzalika: Selalu ingin tampak baik di mata yang terkasih, meskipun itu tidak biasa ia lakukan. Cinta merubah orang yang kikir menjadi sangat dermawan, seorang pendiam menjadi sangat betah berbicara, bahkan orang yang memiliki tabiat yang sangat buruk menjadi sangat baik, dan merubah segalanya untuk yang terkasih. Itulah cinta menurut Ibn Hazm. Tanda-tanda itu akan muncul dalam diri orang yang sedang jatuh cinta, sebelum cinta itu menjadi-jadi seperti bara api yang berkobar-kobar. Adapun bila cinta itu telah berbunga dan berbuah, maka segala ucapan yang keluar dari mulut kekasih akan tanpak manis bak madu dan segala apa yang datang darinya akan tanpak indah membahagiakan.

Begitulah Ibn Hazm mendiskripsikan cinta dan menjelaskan tanda-tanda ketika seseorang sedang jatuh cinta. Tidak ada keharaman bagi orang yang jatuh cinta, namun perbuatan yang ditunjukkan setelah itu yang membuatnya dilarang.

Wallahu a’lam.

Penulis: Abdul Adzim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.