Asscholmedia.net – Terdapat beberapa cara menghidupkan Lailatul Qadar yang disarankan para ulama salafus shaleh:

1- Ibnu Rajab ra ( w. 795) mengatakan: “Adapun ritual atau cara dalam menghidupkan Lailatul Qadar telah disebut Rasulullah ﷺ dalam hadistnya, Beliau bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah ﷻ, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Mutafaqu Alaih).

Yang maksud: قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ adalah menghidupkan Lailatul Qadar dengan mengerjakan sholat Tahajjud dan sholat lainnya dan Sayyidah ‘Aisyah ra juga menganjurkan banyak berdoa di malam itu.

Rasulullah ﷺ mengisi malam-malam bulan Ramadhan dengan sholat Tahajjud, membaca al-Qur’an dengan Tartil. Beliau tidak meliwati satu Ayat pun yang mengandung rahmat kecuali Beliau memohon turunnya rahmat pada Allah ﷻ dan tidak meliwati satu Ayat pun yang mengandung siksaan kecuali Beliau memohon perlindungan pada Allah ﷻ dari segala siksaan. Rasululullah ﷺ pada malam itu menggabungkan antara shalat, membaca al-Qur’an, doa dan tafakkur. Ini adalah paling utama dan sempurnanya ritual pada malam-malam 10 akhir bulan Ramadhan dan lainnya.

2- Asy-Sya’biy ra (w. 104) mengatakan: “Ritual yang dilakukan di malam hari saat menghidupkan Lailatul Qadar harus sepadan dengan ritual disiang harinya.”

3- Al-Imam Asy-Syafi’i ra (w. 204) mengatakan dalam Qaul Qadimnya: “Disunnahkan berusaha sungguh dalam riatual menghidupkan Lailatul Qadar di siang harinya sama dengan kesungguhan menghidupkan Lailatul Qadar di malam harinya.”

Penyataan Imam asy-Syafi’i ini memberi pengertian agar orang yang mencari Lailatul Qadar selalu bersungguh-sungguh dalam setiap waktu siang dan malam pada 10 akhir bulan Ramadhan.

4- Ibnu al-Jauzi ra (w. 597) mengatakan: “Para ulama salaf selalu mempersiapkan diri menyambut kedatangan Lailatul Qadar. Sebut saja, Tamim ad-Dariy (sahabat Nabi ﷺ) berpakaian seharga 1000 Dirham pada malam yang diperkirakan datangnya Lailatu Qadar. Begitu juga pada malam-malam itu, Tsabit dan Humaid membersihkan badan (mandi) memakai parhum dan pakian terbaik serta menghias dan memberi wewangian pada Masjid tempat mereka berdua menanti datangnya Lailatul Qadar”.

Dan paling baiknya petunjuk untuk meraih Lailatul Qadar adalah pentunjuk Nabi Muhammad ﷺ, dimana Beliau melakukan I’tikaf pada 10 akhir bulan Ramadhan, bersungguh-sungguh dalam mencari Lailatur Qadar.

Sayyidah ‘Aisyah mengatakan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَر

Ketika Rasulullah ﷺ memasuki sepuluh terakhir (Ramadlan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail) dan membangunkan keluarganya serta mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi isterinya untuk lebih konsentrasi beribadah).” (HR. Mutafaqun ‘Alaihi).

Kata: وَشَدَّ الْمِئْزَر (mengencangkan ikatan kainnya) sebagai kata Mitonim atau ungkapa majaz dari arti kata menjauhi isterinya untuk lebih konsentrasi beribadah.

Sayyidah ‘Aisyah mengatakan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.

Rasulullah ﷺ di sepuluh terakhir (bulan Ramadhan) senantiasa bersungguh-sungguh tidak seperti bersungguh-sungguhnya pada lainnya.” (HR. Muslim).

Saudaraku! Demi Allah ﷻ, Nabi ﷺ tidak pernah meninggalkan mencari Lailatul Qadar di 10 akhir bulan Ramadhan, setiap bulan dan setiap tahun. Maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam mencarinya, betapa banyak orang yang telah bersungguh-sungguh memperoleh Lailatul Qadar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ

“Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi darinya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali mahrum (yang memang terhalangi dari kebaikan).” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Mundariy)

Waallahu Allamu

Bangkalan, Ramadhan 1441 H
Oleh: Ust. Abdul Adzim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.