Asscholmedia.net Rasulullah Saw lahir ke dunia ini sebagai rahmat dan diutus dalam rangka menyampaikannya untuk seluruh umat manusia, Jin, binatang bahkan malaikat yang bertebaran di muka bumi maupun yang berada di atas langit, karena agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw merupakan agama yang bersifat Rahmatan lil ‘alamin (Dan Aku tidak mengutusmu wahai Muhammad melainkan sebagai rahmat untuk semesta alam).
Dalam rangka menebarkan rahmat Allah itulah maka Rasulullah Saw membawa misi menyempurnakan akhlak mulia Dan sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia”, Al-Hadits.

Hal ini selaras dengan kepribadian beliau Saw. Keagungan dan kemuliaan Rasulullah Saw tidak dihasilkan oleh aspek kesukuan (bukan karena beliau dari golongan Arab Qurays), pangkat (bukan karena beliau seorang bangsawan), harta (bukan karena beliau kaya) tetapi karena kemuliaan kepribadian yang Rasulullah miliki dan kesempurnaan akhlaknya.

Risalah yang beliau bawa memiliki karakter “lengkap dan sempurna” (mencakup semua aspek kehidupan manusia), “terjaga” (kebatilan tidak akan menghancurkan ajaran beliau) dan “abadi” (berlaku hingga akhir kehidupan umat manusia). Oleh sebab kesempurnaan risalah yang beliau bawa itulah maka secara logika dapat dipastikan bahwa beliau adalah Nabi dan Rasul terbesar karena beban tanggung jawab yang besar hanya bisa dipikul oleh seorang yang lebih besar dari beban itu sendiri.

Baca juga :

Beliau Saw adalah suri tauladan bagi seluruh umat manusia yang mana seluruh hidup dan matinya digunakan hanya untuk berjuang menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Sebab keagungan kepribadian dan keluhuran akhlak yang beliau Saw miliki, membuat banyak umat manusia dengan suka rela menjadi muslim dan misi dakwah beliau dapat tercapai secara paripurna.

Orang-orang yang hatinya bersih akan mudah menangkap cahaya dakwah beliau Saw, seperti Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar ibn al-Khattab. Hanya orang-orang yang sudah tertutup mata hatinya yang menolak ajaran beliau Saw, walaupun sudah mengetahui kepribadian dan kebenaran ajaran beliau Saw, seperti Abu Jahl dan Abu Lahab (paman beliau sendiri).

Salah satu akhlak mulia yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah adalah menyayangi dan menyantuni anak-anak yatim. Seorang anak kecil yang ditinggal wafat oleh ayah tercinta yang membuatnya kehilangan seorang pelindung yang mampu memberikan padanya rasa aman dan nyaman. Dan mencari nafkah tanpa mengenal lelah agar anaknya terhindar dari kelaparan.

Ajaran Islam yang diletakkan di pundak Rasulullah Saw dan kemudian dilanjutkan oleh para pewaris Rasulullah Saw. Sekali lagi saya tegaskan memang identik dengan “bagusnya akhlak dan kesempurnaannya”, baik bagaimana memperbaiki hubungan mereka kepada Allah sebagai Tuhan yang menciptakan, mencukupi rezeki dan kebutuhannya (hablun minallah) maupun kepada seluruh hamba Allah (hablun minannas). Tidak ada satupun aspek agama yang dibawa oleh Rosulullah Saw yang tidak bermuara pada kesempurnaan akhlak. Hal ini bisa kita lihat pada ibadah sholat yang tujuannya adalah “mencegah diri pelakunya dari perbuatan fakhsya’ (sangat buruk) dan kemungkaran”.

Baca juga:

Jadi tujuan sebenarnya kita shalat bukanlah sekedar ingin “dekat” kepada Allah saja, tetapi agar kita senantiasa mendapat pertolongan dan cahaya petunjuk di dalam mengarungi samudera kehidupan dunia ini. karena hakekatnya walaupun seumpama kita tidak shalat, Allah tetap dekat pada kita, bahkan saking dekatnya, Dia lebih tahu tentang kita (isi hati, ucapan dan segala yang kita perbuat). Tujuan kita shalat bermunajat kepada Allah adalah untuk memohon pertolongan kepada Allah, “Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat”.QS. Al-Baqarah, agar kita mampu menjauhi perbuatan buruk dan kemungkaran, dan agar tercapai tujuan tersebut, maka kita harus melaksanakan shalat secara benar. Jika shalat kita sudah benar pasti tujuan tersebut bisa kita capai. Jika tidak, maka berarti shalat kita belum benar, tetapi hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Jadi sekali lagi saya tegaskan bahwa shalat dan amal ibadah mahdloh yang lain (ibadah vertikal/hablun minallah) hanyalah sebagai media agar kita memperoleh pertolongan Allah dalam rangka menyebarkan rahmat Allah, “Dan aku tidak mengutusmu wahai Muhammad melainkan hanya sebagai (pembawa) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Qur’an al-Karim), dan misi dakwah “rahmatan lil’alamin” ini dapat terwujud jika disampaikan dengan tata cara yang baik atau akhlak yang luhur.

Sangat banyak ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Rasulullah saw yang berbicara tentang anak yatim. Tentang bagaimana cara bergaul dengan mereka, memperlakukan mereka dengan baik dan larangan berbuat aniaya kepada mereka. Berbuat baik terhadap anak-anak yatim dengan menyayangi dan menyantuni mereka sangat dicintai oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Sebaliknya berbuat aniaya dan dholim pada anak-anak yatim dapat menyebabkan murka Allah Swt dan dianggap sebagai pendusta agama, sekalipun ia telah banyak melakukan ritual ibadah dan benyak melakukan amal-amal kebaikan sebagaimana firman Allah Swt, “Tahukah kalian siapa orang yang mendustakan agama?. Ia adalah seorang yang menelantarkan anak yatim” (QS. Al-Ma’un: 1-2), dan “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim secara dholim, mereka sesungguhnya memakan (memasukkan) api ke dalam perut mereka dan mereka akan kembali ke neraka”. QS. An-Nisa’: 10.

Lihatlah bagaimana Allah Swt dalam firman-Nya tersebut menyatakan bahwa seorang yang menelantarkan anak yatim, kurang perduli terhadap nasib dan keadaan mereka adalah para pendusta agama. Dan menyatakan bahwa seorang yang tega memakan atau menggunakan harta anak yatim dengan tanpa hak (cara-cara dholim) berarti telah memasukkan api neraka ke dalam perutnya sehingga ia benar-benar layak masuk ke dalamnya nanti di alam akhirat. Sebaliknya, merawat anak-anak yatim dan menyantuni mereka merupakan perbuatan yang sangat mulia dan sangat besar pahalanya. Menyebabkan kita begitu dekat dengan Rasulullah Saw dan mendapatkan syafaatnya, “Aku dan penyantun anak yatim di Surga seperti dua jari ini (seraya memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan kedua jari tersebut)” HR. Imam Bukhari.
“Barangsiapa menyantuni tiga anak yatim itu seperti seorang yang melaksanakan shalat di malam hari dan berpuasa pada siang hari dan besoknya lagi, serta pergi menghunuskan pedang di jalan Allah. Dan aku dan dia di dalam surga seperti dua orang bersaudara sebagaimana halnya kedua (jari ini) bersaudara. (sambil merapatkan jari telunjuk dan jari tengah beliau Saw”. (HR. Ibnu Majah).
“Barangsiapa memungut anak yatim dari kalangan orang-orang muslim (membawanya) pada makanan dan minumannya niscaya Allah Swt memasukkannya ke dalam surga kecuali ia pernah melakukan dosa yang tidak diampuni”. (HR. Imam Turmudzi). “Rumah yang paling baik di kalangan kaum muslimin adalah rumah yang di dalamnya berdiam anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan rumah mereka yang paling buruk adalah rumah yang di dalamnya terdapat seorang anak yatim yang diperlakukan dengan buruk”. ( HR. Ibnu Majah).

Marilah kita sayangi, santuni anak-anak yatim dan memperlukan mereka dengan baik. Dan jika mampu rawatlah mereka di dalam rumah kita dengan baik. Agar rumah kita menjadi rumah yang terbaik di sisi Allah Swt yang penuh dengan keberkahan sehingga membuat kita dan keluarga kita terus mendapat kebaikan dan menjadi orang-orang yang baik, berkah anak-anak yatim. Dan yang paling penting adalah kita tidak termasuk golongan orang-orang yang yang mendustakan agama Allah Swt, agar kita terhindar dari murka Allah. Wallahu a’lamu.

Oleh: Ust. Farid Tumyadi (Pengajar Madrasah Diniyah PP. Syaichona Moh. Cholil Bangkalan).

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.