Asscholmedia.net – Mengutip pernyataan beberapa pendapat Ulama Indonesia diantaranya: KH. Abdul Mukti, Syech Musa dan KH. Hasyim Asy’ari Jombang bahwa pada saat itu:

“Soekarno tidak mau memproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia karena dihalangi Inggris, bahwa Indonesia akan dibuat seperti Hiroshima dan Nagasaki, tapi di dorong dan di desak oleh para Ulama agar Soekarno berani segera memproklamirkan kemerdekaan Negara dan Bangsa Indonesia, karena menurut pendapat para Ulama saat itu (bertepatan dengan hari Jum’at legi tanggal 9 Ramdhan 1364 H bertepatan tanggal 17 Agustus 1945 M), apabila tidak segera memproklamirkan kemerdekaan Negara dan Bangsa kita sekarang, maka kita harus menunggu kemerdekaan Negara dan Bangsa ini selama 300 tahun mendatang”.

Proklamasi 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364, pada hari Jum’at Legi, pukul 10.00 pagi merupakan puncak keberhasilan perjuangan umat Islam sebagai mayoritas bangsa Indonesia dalam upayanya membebaskan Bangsa dan Negara dari penjajahan Barat dan Timur.

Baca Juga:

Proklamator dengan dorongan para ulama di Puluhan Pertama Ramadhan sebagai Puluhan Rahmat. Pada 9 Ramadhan 1364, Proklamator berani membacakan proklamasi, tidak gentar terhadap Amerika Serikat yang mendemonstrasikan bom pemusnah masal.

Dengan semangat Jihad, dan terpanggil oleh Bung Tomo melalui pemberontakan, umat Islam melalui perlawanan terhadap usaha penjajahan kembali Belanda, yang dibantu oleh Inggris dan AS dalam Perang Gerilya (1945-1950). Walaupun Bersenjatakan Bambu Runcing yang dianugrahkan oleh Kiai Subchi dari magelang, Jawa Tengah (terkenal dengan panggilan Kiai Bambu Runcing). Umat Islam Bandung melancarkan serangan Heroic, disertai dengan gerakan bumi hangus membakar rumah dan kota Bandung, hingga menjadi Bandung Lautan Api. Suatu keberanian yang luar biasa dan pengorabanan harta yang akbar disertai pengorbanan jiwa dan raga dalam membela serta menegakkan Proklamasi 17 Agustus 1945.

Kiai Subchi

Oleh Karena itu, kemerdekaan oleh para pendahulu, dinilai dan dituliskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, terwujudnya hanya karena berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, maka Bangsa dan Negara Indonesia menjadi merdeka. Para ulama bersama pimpinan nasional sehari setelah Proklamasi, 18 Agustus atau 10 Ramadhan 1364, terdiri dari:

KH. Wahid Hasyim (Nahdlatul Ulama), Ki Bagus Hadikusuma (Muhammadiyah), Kasman Singodimejo (Muhammadiyah), Mohammad Hatta (Sumatra Barat), dan Teuku Mohammad Hasan (Aceh) berhasil merumuskan ideologi Pancasila dan Konstitusi, Undang-Undang Dasar 1945, kemudian diserahkan untuk di-sah-kan kepada dan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Jakarta, pada hari dan tanggal yang sama, Sabtu pahing, 18 Agustus atau 10 Ramadhan 1364. Mungkinkah bangsa Indonesia merdeka, bila tanpa peran aktif para ulama?.

Bersambung Pada Bagian 2

Sumber: Suryanegara, Ahmad Mansur. 2005. Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan Republik Indonesia. Majlis Al-Ihya Bogor.

3 Replies to “Refleksi HUT ke-74 RI; Peran Ulama Dalam Merebut Kemerdekaan Indonesia (1)”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.