Sabar terbagi menjadi tiga bagian, yakni: Sabar dalam mewujudkan ketaatan kepada Allah. Sabar dalam menghindarkan diri serta menjauhi semua hal yang diharamkan oleh Allah. Dan sabar dalam menerima dan menjalani setiap musibah yang diberikan oleh Allah SWT terutama ketika serangan pertama.

Dalam al-Qur’an Allah mengkisahkan pada kita bagaimana Allah menguji para Nabi dengan ujian yang begitu berat. Bagaimana Allah menguji nabi Ibrahim as dengan “perintah” menyembelih sang putera satu-satunya yang begitu lama dinantikan kehadirannya (sebab Nabi Ishaq belum lahir). Bagaimana Allah menguji Nabi Yusuf dengan seorang perempuan yang cantik memikat yang mengajaknya berzina. Bagaimana pula Allah menguji nabi Ayyub dengan musibah berupa kematian seluruh hewan ternaknya, seluruh putera puterinya dan penyakit kulit kronis berbau busuk yang menjangkiti hampir seluruh tubuhnya. Lihatlah bagaimana mereka para nabi mampu menjalaninya dengan baik berkat kebersihan dan ketulusan hati mereka dalam menjalani kehidupan yang telah Allah rancang dengan sebaik-baiknya.

Imam al-Ghazali ra menyatakan:
“Barangsiapa bersabar dalam menjalani taat kepada Allah, niscaya di hari kiamat nanti Allah akan memberinya 300 derajat dalam surga, yang mana jarak masing-masing derajatnya adalah antara langit dan bumi. Dan barangsiapa yang sabar dalam menjauhkan dirinya dari perbuatan haram, maka di hari kiamat nanti Allah akan memberinya 600 derajat, yang jarak masing-masing derajat itu seperti jarak antara 7 lapis langit dan 7 lapis bumi. Dan barangsiapa bersabar atas musibah yang menimpanya, niscaya pada hari kiamat Allah berikan padanya 700 derajat di dalam surga, yang mana setiap derajatnya sama dengan jarak antara arsy sampai ke bumi”.

Oleh sebab itu, hendaknya kita sebagai hamba Allah bersabar ketika mendapatkan musibah dan tidak perlu kita berkeluh kesah kepada orang lain, agar kita selamat dari siksa dunia dan akherat. Sebab musibah yang Allah timpakan kepada kita tidaklah seberapa dibandingkan musibah yang Allah berikan kepada para Aulia lebih-lebih kepada para Nabi.

Imam al-Junaid al-Baghdadi mengatakan,”Cobaan hidup merupakan lampu penerang bagi golongan Arifin, keterjagaan bagi para muridin, kebaikan bagi orang-orang mukmin dan kebinasaan bagi orang-orang yang lalai. Tidaklah seseorang dapat menemukan manisnya iman sebelum ia mendapatkan musibah dalam keadaan rela hati dan kesabaran”.

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang sakit pada suatu malam lalu ia bersabar serta rela hati kepada Allah, maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti pada saat ia dilahirkan oleh ibunya. Oleh karena itu ketika engkau sakit janganlah engkau mengharapkan kesembuhan”.

Diriwayatkan sari Mu’ad bin Jabal, beliau berkata: “Apabila seorang hamba yang mukmin mendapatkan cobaan berupa sakit maka Allah berfirman kepada Malaikat pencatat amal sebelah kiri, “angkatlah penamu (janganlah engkau tulis amal buruknya), dan berfirman kepada Malaikat pencatat amal sebelah kanan, “tulislah untuk hambaKu ini amal terbaik yang pernah ia lakukan”.

Rasulullah saw bersabda,“Apabila seorang hamba menderita sakit, maka Allah kirimkan padanya dua orang malaikat. Lalu Allah berfirman kepada keduanya,”perhatikanlah apa yang diucapkan oleh hambaKu ini. Apabila ia berucap “Alhamdulillah” maka ucapan tersebut dilaporkan kepada Allah sedangkan Allah mengetahuinya. Maka Allah berfirman,”hak hambaKu atas diriku bahwa jika Aku mematikannya maka Aku pasti memasukkannya ke dalam surga. Jika Aku menyembuhkannya maka Aku akan berikan ia ganti daging yang lebih baik daripada dagingnya. Dan darah yang lebih baik dari darahnya dan bahwa Aku melebur segala keburukannya”.

Semoga kita semua bisa bersabar ketika mendapatkan cobaan dan musibah apapun bentuknya, agar kita semua selalu bersama Allah sebab “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.

Redaktur: Farid Dimyati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.