Asscholmedia.net – Bangkalan, 18 Pelantikan PCNU Bangkalan terlaksana dengan khidmat dan sukses Rabu, 17/1/, ditempatkan din Pelataran Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan kegiatan ini mengambil tema “Istiqomah Bersama NU” ini dengan melibatkan MWC NU se-Kabupaten Bangkalan.

Selain mengundang MWC NU panitia juga menghadirkan Ketua Pengurus Wliayah NU KH. Mutawakkil Alallah dan wakil Rois AM PBNU KH. Miftahul Akhyar dimana beliau banyak memberikan pesan-pesan dan tausiyah kepada pengurus NU yang akan dilantik.

Menurutnya pelantikan bukan berarti mengulang, namun pelatikan adalah pengukuhan dan peneguhan “Baiat atau pelantikan merupakan pengukuhan bagi mereka-mereka yang mempunyai kesungguhan kepada NU, Mereka-mereka” ujarnya.

Beliau juga berpesan bahwa di tahun 2018 yang dijuluki tahun politik ini warga NU harus waspada dengan isu-isu yang akan dihembuskan untuk menghantam muru’ah NU “tahun 2018 ini merupakan tahun politik, maka kita akan melihat gerakan dan kiprah warga NU dalam hal ini, biasanya kalimat Khittoh NU ada ditamppilkan untuk menjatuhkan lawan politiknya, bahkan kelompok-kelompok di luar NU akan ikut-ikutan bicara Khittoh” imbuhnya.
Menurutnya warga NU harus melek politik agar tidak selalu dimanfaatkan untuk kepentingan politik praktis, sebab bila melihat sejarah NU selama ini selalu dipermainkan dalam politik hanya untuk lokomotif dan diberi kesempatan untuk berperan pada posisi-posisi strategis dalam politik apalagi kekuasaan. Disamping itu yang selama ini dijadikan alat untuk menghantam politik kader NU adalah Khittah NU, sehingga dalam kesempatan ini juga beliau menjelaskan maksud dari Khittah NU

KH. Mutawakkil, KH. Miftahul Akhyar dan RKH. Fakhrillah Aschal dalam pelantikan PCNU Bangkalan / sumber foto: al-ummahnews.com

“Khittah NU tidak bertentangan dengan Aswaja dan Islam, apalagi saat ini NU sedang mempromosikan jargonnya yaitu Islam Nusantara” ungkapnya.

Lebih lanjut beliau menjelaskan Khittah NU bila dilihat dari posisinya, maka NU bukanlah bagian dari organisasi-organasasi politik manapun ataupun organisasi milik pemerintah, serta Khittah NU menegaskan kebebasan warga NU dalam berkiprah dalam dunia politik namun yang sangat ditekankan adalan politik kebangsaaan, politik yang amar makruf nahi munkar.

Terakhir beliau menjelaskan detik-detik NU dilahirkan melalui KH Moh. Kholil Bangkalan yang mengirimkan tongkat kepada KH. Hasyim Asy’ari yang diantarkan oleh KH. As’ad Syamsul Arifin. “Tongkat yang disertai ayat ini diartikan sebagai kepemimpinan sebagaimana tongkatnya nabi Musa AS. Pengiriman tongkat juga berarti ijazah dan ijin sebagai pengganti kepemimpinan, maka apapun yang terjadi di NU jangan sampai lupa ijazah dan ijin dari para ulama” pungkasnya.

Reporter: Zainal Arifin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.