Asscholmedia.net, Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan adakan Dauroh Ilmiah untuk para santri yang dihadiri oleh Syekh Sameh bin Jamal al-Kuhali yang mengkaji kitab Nubdzatun Nubdzah (نبذة النبذة لمعرفة الركن الرابع من اركان الدين) dalam ilmu Fiqh Tahawulat tentang tanda-tanda kiamat karya أبي بكر العدني ابن علي المشهور (Rabu, 22/11/17).

Diantara kajiannya dalam kitab tersebut, Syekh Sameh menyampaikan tentang fitnah yang telah terjadi dimana-mana.
“Fitnah sudah ada dimana-mana, caci maki terhadap para Sahabat sudah kita lihat semua. Ini semua sudah ada dari dulu, tetapi bedanya kalau di zaman sekarang ini terjadinya fitnah dan cacian terhadap para Sahabat secara terang-terangan dan semua orang bisa melihatnya dengan mudah. Terlebih lagi karena sekarang sudah ada yang namanya media sosial (internet), dengan gampangnya menyebarkan berita-berita, video-video hingga kita juga gampang mendapatkan kabar. Kata Nabi Muhammad, kalau sudah melihat yang seperti ini (fitnah dan cacian) maka yang punya ilmu tampakkanlah ilmunya”.

Beliau melanjutkan, Ilmu apa yang harus ditampakkan yang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad? adapun ilmu syariat atau ilmu Islam, ilmu Akidah, ilmu Iman dan ilmu Ihsan, semua ilmu ini sudah dipelajari dan sudah masyhur dimana-mana. Maka dari itu berarti disini ada satu ilmu yang belum ada yang harus ditampakkan untuk menghilangkan permasalahan-permasalahan yang terjadi.

Dijelaskan bahwa orang yang menutupi ilmu ini ancamannya sangat membahayakan, karena hasil yang terjadi dari satu fitnah juga membahayakan. Ilmu Fiqh Tahawulat ini masuk dalam haditsnya Nabi Muhammad. Karena ilmu ini menjelaskan kitab tentang fitnah-fitnah yang terjadi dan cara mengatasinya.

“Asal muasal ilmu ini, ilmu yang dinamakan Alâmâtus Sâ’ah atau Ilmu Mutaghayyirât atau Fiqh Tahawulat, ini berasal dari hadits Jibril. Apa hadits Jibril? Jelas beliau seraya bertanya kepada santri.
Hadits Jibril oleh ulama diberi nama Hadits Ummi Sunnah. Hadits ini merupakan hadits yang paling mengagumkan, sebanyak apapun seseorang menjelaskan tentang hadits ini masih belum habis makna yang ada didalamnya, begitu juga dengan kisah dan rincian yang ada di dalamnya tidak akan habis”.
Imbuh Syekh Sameh.

Dalam hal ini, Beliau langsung memberikan contoh tentang Hadits Jibril, sebagaimana yang ada dalam kitab tersebut (نبذة النبذة لمعرفة الركن الرابع من اركان الدين).
“Pertama, Sayyidina Umar mensifatkan kepada kita semua. Umar berkata, ketika kita duduk bersama Nabi Muhammad, tiba-tiba muncul satu orang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam. Di dua sifat yang disifatkan oleh Sayyidina Umar ini ada sebuah isyarah yang mengagumkan, berhubungan dengan dua sifat tersebut (putih dan hitam), putihnya seperti putihnya syariat dan hitamnya seperti hitamnya fitnah yang terjadi.

“Selanjutnya, orang laki-laki itu (Malaikat Jibril) membuka penutup kepalanya hingga kelihatan rambutnya, ini juga ada isyarah bahwa orang arab secara umum, kebiasaan mereka tidak ada yang membuka kepalanya (kelihatan rambutnya), semua memakai imamah, termasuk juga orang kafir.

Faidah dari ini, bahwa ilmu ini perlu kita buka, kita teliti lagi, pelajari dan perjelas lagi, perlu ditampakkan bukan ditutupi. Ungkap Syekh Sameh panjang lebar pada satu hadits yang digunakan sebagai contoh.

Redaksi: Rofi el-Ponty
Editor: Abdul Aziz

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.